Surga
Tersembunyi Di Bumi Hulontalo
Gorontalo, Minggu,
13 Maret 2016
Excelent ! Nice ! Wonderfull
! Itulah kata yang kurasa tepat untuk menggambarkan peristiwa ini.
Disuatu pagi yang tenang,
gerombolan remaja pergi ke masjid dengan diiringi suara adzan. Dengan bawahan
ditutupi sarung dan atasan kemeja yang lusuh. Mereka berjalan sambil
mengancingkan baju mereka. Walaupun kondisi mata masih setengah terbuka tapi
dengan niat yang tulus beribadah menjadikan langkah kaki terasa ringan.
Sementara beberapa orang menjalankan piket membangunkan teman-temannya untuk ke
masjid. Saat itulah aku terbangun dan langsung menuju kamar mandi untuk
persiapan ke masjid. Suara Iqomah terdengar dan saat itu aku sudah didalam
masjid. Kami sholat dengan khusyuk bersama imam yang bersuara lembut dan
menyejukkan.
Setelah sholat, kami kembali
ke asrama dan mengikuti kegiatan pembimbingan guru asrama. Itulah salah satu
kegiatan di MAN Insan Cendekia Gorontalo saat hari minggu pagi. Usai kegiatan
tersebut, Kami seluruh penduduk asrama Umar Bin Khattab melakukan program
unggulan yang menjadi rutinitas di hari minggu kita. Tak lain dan tak bukan itu
adalah kerja bakti. Kami semua dengan semangat bekrja sama untuk meraih
kenyamanan hidup. Karena, jika lingkungan kita bersih maka hidup pun akan terasa
nyaman dan tentram. Usai kerja bakti barulah sarapan dan dilanjutkan berkebun
khusus untuk anggota kelas X MIA 5 “EXPENTACOOLER”. Kami bekerja dengan penuh
semangat karena kondisi perut yang sudah terisi penuh. :D
Selesai bekerja, kami
menyaksikan pertandingan estafet putri. Sayangnya, angkatan 19 “SAFRADIZA”
kalah lagi dalam rangkaian pertandingan pada Mid Fresh yang
diselenggarakan oleh Divisi Sportment ini. Tak lama kemudian, saat aku dan
teman-teman hendak menyaksikan pertandingan tarik tambang, terdengar suara
orang yang memanggil namaku.
“Budiiiii... Budiiiiii...”
Ternyata dari jauh terlihat
dua sosok makhluk hidup berspesies Homo Sapiens. Mereka adalah Anis dan
Lutfi. Anis merupakan teman sekamarku, ia berasal dari Jogja. Memiliki postur
cukup tinggi, kulit sawo matang, wajah tampan, mata sipit, dan berciri khas
rambut gondrong acak-acakan. Dia merupakan anak alam yang suka main di hutan,
gunung, dan laut. Tak heran seringkali orang menjulukinya anak gunung. Satunya
lagi bernama lutfi habib, sering dipanggil Luppi. Ia teman sekelasnya Anis di X
MIA 4 “Carrefour”. Dia berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Ia memiliki
postur yang tidak terlalu besar, kulit sawo matang, jago futsal dan dikenal karena aksi saltonya.
Ia juga memiliki hobi yang sama dengan Anis yakni berjelajah. Kedua orang ini
nampaknya baru bangun tidur terus sarapan. Terlihat dari tampangya yang baru
mau mandi. Bukan belum mandi :v. Anis saat itu memakai sarung dan Luppi sudah
memakai celana. Mereka berteriak memanggilku.
“Budi.. Budi.. Ayo persiapan !
Kita berangkat pagi.” Teriak Anis dari jauh.
“Oke ! tunggu !” Jawabku
sambil berlari menuju keduanya.
Kami bertiga menuju asrama dan
dijalan Anis memberithukan informasinya. Katanya, kita nanti akan berangkat
bersama keluarga Andi M. Rehan dengan menggunakan mobil rental milik Pak Yopin.
Salah satu security di MAN Insan Cendekia Gorontalo.
“Kita
nanti ke Olele bareng bapak sama mamanya Andi, jadi nanti kita naik mobil
banyak orang.” Jelas Anis.
“Siapa
aja Nis ?.” Tanyaku.
“Gua,
Lu, Luppi, Ortu Andi, Andi, Ilman, dan Dimas.” Jawab Anis.
“Oke
! Gua siap-siap dulu ya !” Seruku sambil menuju kamar dan mengambil
handuk
untuk
mandi. Maklumlah hari minggu :v.
Sementara itu, Anis dan Ilman sedang
memanggil Dimas yang sedang mengikuti acara makan-makan tim OTMIC (Olympiad
Team of MAN Insan Cendekia Gorontalo) di rumah Ustad Heri yang merupakan
seorang guru BK. Dimas merupakan perwakilan dari kelas X dalam mengikuti
Olimpiade Sains mata pelajaran Komputer. Dia dari Jakarta. Sedangkan Ilman
adalah ketua kelas X IIS 1 yang merupakan kelas jurusan ilmu sosial
satu-satunya pada angkatanku. Ilman dari Jabodetabek. Dan Andi adalah seorang
pria sejati, jago berolahraga, anak kelas X MIA 3. Dia juga dari jabodetabek.
Kali ini, Orangtua Andi sengaja datang ke Gorontalo untuk menengok anaknya. Dan
berencana ke Olele sama dengan rencana Saya, Anis dan Luppi.
Dengan barang-barang seadanya,
pakaian ganti, dan perlengkapan lainnya kumasukkan ke dalam tas. Aku memilih
memakai celana lungsuran dari kakak sepupuku yang pernah menempuh
pendidikan militer penerbangan. Dan memakai baju kaos berkerah biar lebih bebas
begerak. Aku mulai berjalan ke depan asrama dan mengambil sepatu serta sandal
jepit. Ternyata didepan sudah ada teman-temanku yang sudah siap berpetualang.
Mereka seragam memakai celana loreng-loreng khas militer (ilegal euy :v)
kecuali Ilman yang memakai celana jeans biasa. Umi Khoti’, istri ustad
Aminuddin sebagai guru asrama pun memasang curiga kepada kami semua.
“kalian
semua ini mau kemana kok pagi-pagi sudah rapi kayak prajurit mau perang aja,
pasti bukan cuman mau pesiar kan? Pasti ada sesuatu ini.” Tanya Umi Khoti’.
“iya
Umi. Kita mau mewarnai hidup selagi disini mi’. Sama anak-anak alam
kayak gini.” Jawab salah satu temanku.
Umi
Khoti’ cuman bisa tersenyum melepaskan kepergian kita. Aku rasa beliau tau
tujuan kita :D.
Kami berjalan menuju ke pos satpam
bagaikan prajurit yang siap berperang. Kami melewati lapangan basket yang ramai
dengan suara teriakan penonton dan seorang komentator bernama Arif. Pada saat
itu sedang dilangsungkan pertandingan basket antara Angkatan 18 “Arestazein”
dan Angkatan 19 “Safradiza”. Aku iri sekali dengan pertandingan kali ini.
Karena apa? Karena yang nonton banyak sekali, semangat dari mereka luar biasa
membara. Penonton hadir dari kelas 10, 11, dan 12 baik laki-laki maupun
perempuan. Ini sungguh berbanding terbalik dengan pertandingan sepakbola
kemarin sore. Memilukan -_-.
Kembali ke cerita, kata Andi kita
harus menunggu sejenak. Karena mobil Pak Yopin belum tiba. Kami pun menyaksikan
pertandingan basket untuk mengisi waktu menunggu yang lumayan lama. Kemudian
kami bosan dan pergi mendekat ke keluarga Andi di dekat pos satpam. Kami
berbincang-bincang dengan keluarga Andi yang sangat baik telah memberikan kami
tumpangan ke Olele. Mereka menanyakn banyak hal seputar Olele.
Tak lama berselang, Pak Yopin datang
dengan mobilnya. Kami semua naik, dan Pak Yopin juga ikut sebagai supir. Selama
ada Pak Yopin semuanya aman terkendali. Kami langsung menuju Olele. Perjalanan
memakan waktu selama 1 jam. 30 menit lebih cepat dari informasi yang kita dapat
dari Kak Faqih. Dia adalah siswa kelas 12 “Elkhazzanta” yang sudah pernah pergi
ke Olele. Dia juga yang mengajak anak-anak IC untuk memanfaatkan kesempatannya
untuk menikmati keindahan alam selama di Gorontalo.
“Perjalanan
kesana itu kurang lebih 1 jam 30 menit. Waktu itu kita naik bentor sih. Terus
naik perahu ke Olelenya.” Ujar Kak Faqih.
Karena kita berangkat dengan
Pak Yopin yang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, Kami lebih cepat
sampai dari yang sebelumnya sudah diperkirakan. Kemudian kami tidak perlu naik
perahu, karena perahu merupakan sarana jika menggunakan bentor. Ini karena
bentor tak dapat melalui bukit untuk sampai ke bibir pantai Olele. Sedangkan,
jika menggunakan mobil maka semuanya aman. Selama perjalanan menuju Olele kami
disuguhi pemandangan yang sungguh luar biasa. Gorontalo memang indah.
Saat tiba di Olele, suasananya
sangat ramai dengan banyaknya orang yang berkunjung. Karena kebetulan saat ini
adalah hari libur. Ternyata Pak Gubernur dan Pak Kapolda sedang berlibur kesini
juga. Itulah sebabnya disini banyak polisi. Teman-temanku nampaknya agak
berhati-hati, khawatir dengan celana militer mereka :v. Kita terpaksa harus
turun dari mobil dan berjalan kaki menuju bibir pantai karena mobil Pak Yopin
tak bisa melewati barisan mobil yang mengular. Sesampainya di pantai, kita
hanya dapat mengandalkan Pak Yopin untuk mencari peralatan snorkling. Ternyata,
kacamata snorkling habis disewa oleh rombongan pejabat tadi. Tapi karena kita
sudah sangat tidak sabar, kita langsung saja nyebur ke tempat yang luar
biasa ini. Tapi sebelum itu kita foto-foto dulu, biar ada kenangan. Saat di
dalam air, ternyata tidak terlalu dalam dan sayangnya kami tidak dapat melihat
ke dasar laut karena tidak memakai kacamata renang.
Kami semua hanya bisa menunggu
Pak Yopin datang dan membawa kacamata itu. Beruntungnya, tak lama kemudian Pak
Yopin datang membawa kacamata renang bersama orang yang memiliki alat tersebut.
Beliau melemparkan kepada kami kacamata masing-masing satu. Sebelum beraksi,
kami minta untuk diperbaiki dulu selang napasnya oleh pemilik alat tersebut.
Setelah itu langsung saja, kita mulai beraksi.
Kami melihat hal-hal luar
biasa yang ada di bawah laut Gorontalo. Kita serasa ada didalam film Nemo, Game
Finding frenzy, dan segala hal yang berkaitan dengan flora dan fauna alam bawah
laut. Ada terumbu karang yang cantik, si Nemo seperti dalam film, si ikan
bidadari, gerombolan ikan dengan berbagai warna. Aku setengah tak percaya
dengan apa yang aku alami, tak kusangka semuanya dapat kulihat dengan mata
kepalaku sendiri. Padahal sejak kecil, impian untuk snorkling seperti
yang ada di televisi hanya kuanggap sebagai impian sulit terjadi. Tapi
sekarang, impian itu terjadi. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini.
Setelah kurang lebih 1 jam snorkling,
kita berfoto-foto lagi atas nama angkatan 19 “Safradiza”. Hitung-hitung kami perwakilan
pertama untuk datang kesini. Sayangnya, keindahan alam di tempat ini tak sempat
kami abadikan dengan kamera karena kita tak punya kamera underwater.
Harapan kami untuk datang kesini lagi sangatlah besar. Satu jam bagi kami
itu rasanya belum cukup untuk menelusuri
keindahan laut Olele. Okelah, next time aja !.
Selesai berfoto-foto, kita
menuju rumah pemilik peralatan snorkling tadi untuk membilas tubuh usai
petualangan panjang tadi. Kemudian kita berbincang-bincang dengan Pak Dedin.
Begitulah beliau disapa. Kami mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang
Olele dari beliau.
Saat semua sudah lengkap, kami
berpamitan dengan pak Dedin dan mengucapkan terima kasih tas bantuannya. Dan
kami juga berjanji dengan pak Dedin untuk datang kesini lagi dengan rombongan
yang lebih banyak. Tunggu kami Pak Dedin ! kami siap datang kesini lagi !. Kami
kembali ke mobil Pak Yopin dan menuju ke salah satu mall besar di Gorontalo,
GM. Keluarga Andi sengaja mengajak kami kesini untuk berbelanja kebutuhan dan
juga makan siang. Saat di GM ada hal luar biasa juga yang aku alami. Itu kali
pertamanya saya pake sendal jepit ke GM. Sama anak-anak alam lagi, sudah
seperti orang hutan masuk kota. Disamping itu, kita makan di dalam mall. Itu
hal yang sangat luar biasa bagi saya. Setelah itu barulah kita kembali ke MAN
Insan Cendekia Gorontalo.
Saat tiba di MAN Insan
Cendekia Gorontalo, jam tangan menunjukkan pukul 14.30 WICG dan keadaan saat
itu sedang turun hujan. Pak Yopin mengantar kami sampai ke depan asrama.
Sebelum masuk asrama, tak lupa kami semua bersalaman dengan Bapaknya Andi dan
mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Keluarga Andi sangat baik sekali.
Kemudian, barulah kami semua kembali ke habitat kami masing-masing. Kami
beristirahat agar besok bisa fit dan kembali ke rutinitas belajar yang
luar biasa. Olele ! kau luar biasa ! tak sia-sia aku mengenalmu ! keindahanmu
sungguh menawan ! ijinkan aku untuk datang kembali mengunjungimu !