Senin, 19 September 2016

Undercut

Terima Kasih


     Kelopak mata pria itu mulai terbuka dari istirahat panjangnya. Matanya yang sipit memaksanya untuk tidak segera bangun. Namun, telinganya berhasil memaksanya untuk bangun karena muak dengan bunyi telepon yang nyaring. Sudah dua hari ini ia tertidur lelap di atas ranjang lusuhnya. Kamar kosnya yang pengap dan lembab karena jendela kamar yang tak pernah dibuka, dipenuhi dengan barang-barangnya yang berantakan tak terurus. Belum lagi tumpukan baju kotor yang berceceran dimana-mana. Ialah Ernest. Pemuda berusia 20 tahun yang memiki masa lalu yang kelam. Kehidupannya kini rusak dan hancur. Ia memilih hidup di perantauan dengan uang seadanya tanpa ada keluarga maupun kerabat. Ini semua dilakukannya demi menghapus masa lalunya yang kelam.
"Kringgggg... Kringgg..."

“Napa tong? Gua lagi tidur nyenyak nih, ganggu aja lu.”
“Gila ni orang, lu udah kayak beruang yang lagi hibernasi aja nest.”
“Udahlah gak usah basa-basi telek kicek, apa mau lu Dit? Mau jigong?”
“Jigong pale lu. Gini, sebelumnya gua minta elu ngelupain kejadian dua hari yang lalu. Gua senasib ama elu sekarang. Gua juga dikeluarin dari kantor karena kejadian kemarin, jadinya sekarang gua nganggur dan coba cari peluang bisnis lainnya. Untungnya, kemaren gua dapet tempat yang bisa kita buat jadi ladang usaha.”
“Lu lagi waras kan Dit? Omongan lu tinggi banget sumpah, gua takut ini mimpi.”
“Kagak tong. Gua beneran, ini nyata tanpa ilusi, gua pengen ajak lu bangkit lagi dari keterpurukan.”
“Emang lu mau ngajak gua kerja apaan?”
Barbershop. Gua inget dulu waktu SMA kita kan sering nyukur rambut guru ama temen. Makanya gua harap lu bisa join bareng gua, tempatnya strategis kok. Mana sekarang lagi nge-trendnya pomadestyle, insyaallah bisa.”
“Okelah, thank you ya Dit. Lu udah banyak nolong gua dari dulu. Bingung gua balesnya gimana.”
“Yaelah biasa aja kali, gak usah dipikirin. Gua udah anggep lu jadi keluarga gua sendiri.”
“Yaudah, kapan mulainya? Biar gua siap-siap.”
“Ntar sore lu ke rumah gua aja, terus gua ajak ke lokasi. Nanti kita dekor tempatnya dulu. Udah dulu ya, mandi dulu sono. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
      Adit adalah sahabat seperjuangan Ernest dari kanak-kanak hingga kini beranjak dewasa. Ayah mereka berdua dulunya rekan kerja, hingga akhirnya pindah tugas sehingga mereka berpisah saat SMP. Kemudian mereka berdua bertemu lagi di masa SMA, dengan kondisi satu sama lain yang sangat berbeda. Ernest mengalami masa SMA yang kelam dalam hidupnya, hal itu terjadi karena kedua orangtuanya selalu bertengkar dan akhirnya ia menjadi tak terurus. Ia sangat muak dengan setiap kejadian ketika ia dirumah, tapi sebenarnya ia adalah anak yang sangat merindukan kasih sayang orangtuanya. Hingga akhirnya ia menjadi brutal dan sangat nakal ketika terpaksa harus menerima kenyataan bahwa kedua orangtuanya memilih untuk berpisah. Setiap kesehariannya di sekolah tiba-tiba berubah drastis. Dia yang dulunya dikenal baik, cerdas, dan sopan terhadap semua siswa maupun guru, mendadak menjadi bringas.
     Semua kelakuan buruk yang dilakukannya itu tidak lain dan tidak bukan hanya untuk meluapkan perasaannya yang sebenarnya. Dari tawuran sampai narkoba pernah ia tekuni. Hingga suatu saat ia bertemu kembali dengan sahabat kecilnya, Adit. Walaupun satu sekolahan dari kelas 10 hingga kelas 12, namun ia baru mengetahui bahwa sahabat kecilnya itu satu sekolahan lagi dengannya ketika ia kelas 12 dan menjelang UN. Malam itu, ia bersama teman-teman geng motornya sedang nongkrong di pangkalan tempat mereka berkupul seperti biasanya. Ada yang sedang main catur, ada yang lagi pacaran, ada juga yang lagi main kartu ataupun ada pula yang hanya sekedar mengelap motornya agar tampak mengkilap. Saat itu, Ernest sedang minum kopi sambil sesekali menghisap rokok Marlboronya. Hingga tiba-tiba ada dua motor yang melaju sangat cepat dihadapan  mereka semua. Namun, terdengar suara minta tolong dari motor yang ada didepan.
"Tolong ! tolong ! begal !"
"Woyyy.. Lu pada dengar gak? ada yang mau kebegal !"
"Iya. Tunggu apalagi?"
      Dengan cepat mereka langsung bergegas naik diatas motor mereka masing-masing dan melesat untuk menolong orang tadi. Ketika tiba di lampu merah perempatan yang saat itu masih menyala, mereka berhasil melihat keberadaan orang tadi,dan tak perduli ada lampu merah, mereka langsung menerobos dan melesat bagaikan kilat. Hingga tibalah mereka di sebuah gang tikus yang mereka sudah paham betul jalannya karena sudah menjadi jalur alternatif ketika sedang balapan liar. Merekapun menyusun rencana untuk menghadang orang itu di penghujung gang tikus itu.
"Gubrakkk..!" Terdengar suara motor pembegal di tendang hingga jatuh.
''Woy Bro! Sini!" Panggil Ernest kepada pemuda itu yang tak lain dan tak bukan adalah Adit, sahabat kecilnya.

-- TO BE CONTINUED..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar